Minggu, 13 Januari 2013

Dewasa Dalam Berpikir


Sudah bukan rahasia lagi bahwa kedewasaan merupakan salah satu hal pokok yang harus diupayakan oleh setiap manusia. Dan hal ini bukan berarti merupakan suatu kebanggaan melainkan merupakan suatu kewajiban moral yang harus dilakoni dan diberdayakan. Ukuran kedewasaan sendiri begitu bervariasi, namun dalam tulisan ini hanya akan memfokuskan pada ukuran kedewasaan ditinjau dari perspektif karakter. Dalam arti kata bagaimana seseorang dikatakan dewasa apabila dirinya mau dengan sungguh-sungguh menjadi bertanggung jawab untuk hanya menjadi dirinya. Mengapa dipilihnya pembedahan menggunakan perspektif karakter karena menurut hemat penulis bahwa hal ini sangat berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mampu menjadi dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir, maksudnya adalah bagaimana seseorang menggunakan akal budinya untuk menimbang dan memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ketika melakoni hidupnya. Lebih spesifik lagi bahwa dewasa dalam berpikir merupakan buah dari kesadaran diri atas eksistensinya dirinya dalam dunia ini, dan hal ini merupakan salah syarat mutlak menjadi lebih mandiri dalam menyesuaikan dirinya dengan berbagai tantangan, memberdayakan kapasitas bawaannya untuk bertanggung jawab sepenuhnya menjadi diri sendiri, dan tidak sebagai seorang opurtunis yang hanya gemar menuai tapi tidak suka menanam. Oleh karena, agar menjadi lebih jelas dari makna menjadi dewasa dalam berpikir dipaparkan arti serta konkritnya dari dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir akan ditandai dengan kesadaran untuk berpikir nalar serta berpikir positif dalam rangka membangun sikap positif. Lanjut bahwa seorang yang dewasa dalam berpikir akan mampu menempatkan fungsi akal budinya bukan hanya sebagai panduan untuk mencapai visi dan tujuan hidupnya melainkan juga mampu menopang usahanya dalam proses yang kontinyu untuk menjadi dirinya seutuhnya atau dalam ungkapan Steven Covey sebagai pribadi yang proaktif. Dalam arti kata menjadi pengendali atas hidupnya, dan bukan menjadi pecundang yang hanya menghabiskan hidupnya dalam kekalahan dan meratapi hidup melainkan menggunakan kapasitas bawaannya (kecerdasan spiritual, emosi, intelegensi dan fisik) tersebut untuk meraih kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.
Kemenangan yang dimaksud adalah bagaimana sikap seseorang untuk tetap berjuang (learning) menjadikan dirinya pengontrol atas keseluruhan tingkah laku sehingga tidak terseret dalam pelecehan fitrahnya sedangkan kekalahan adalah kebalikannya. Ditujukan untuk memperjelas, orang yang mengalami kedewasaan dalam berpikir tidak berarti akan selalu menang melainkan menggunakan akal budinya untuk tetap tenang dan belajar dari pengalaman tersebut dan melangkah maju lagi. dengan demikian, makna menjadi dewasa dalam berpikir merupakan esensi dari belajar menjadi (learning to be), dan dalam tataran praktisnya akan terpantulkan dalam kemandirian diri seseorang.
Selain itu juga, dengan berupaya menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir akan sangat membantu membentengi diri dari kesalahpahaman mengelola dirinya termasuk juga pengelolaan waktu. Penjelasannya yaitu bagaimana seseorang memposisikan akal budinya sebagai fidele ala mor dalam menunjang kesuksesannya untuk mengoptimalkan kecerdasan, kehendak bebas serta hati nurani menjadi lebih tajam. Atau dengan kata lain yaitu lebih bertanggung jawab dalam menjaga citra dirinya sehingga pantulan fitrah sejatinya tidak ternodai oleh berbagai jebakan cermnan diri banyangan yang menyesatkan.
Terdapat beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dewasa dalam berpikir, diantaranya yang penulis kutip dari bukunya Semuel Lusi yang berjudul the real you is the real success adalah belajar atau berjuang membangun keyakinan positif yang akan terwujdukan dalam kebiasaan berpikir positif sehingga mampu membentuk peta internal atau paradigma atau mata pikiran. Selain itu juga dapat diberdakan melalui aktivitas meditasi serta membaca buku-buku motivasi, sharing, dan lain-lainnya. Akhir kata, selamat menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir atau meminjam ungkapannya Ariantje Lado Hado sebagai pribadi yang tahu diri, sadar diri dan kenal diri, atau menurut Semuel Lusi sebagai pribadi yang sadar dan mampu memberdayakan fitrah sejatinya dalam melakoni hidup untuk berkontribusi, berkontribusi dan berkontribusi.

TANDA TANDA KEDEWASAAN

Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?

Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi. Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.

Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandanng kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan.

Apa sih kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi "ke" melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu. Pergerakan maju ini uniq bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan "menjadi" atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang yang dewasa/matang adalah:

1 Dia menerima dirinya sendiri

Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.

2 Dia mengharagai orang lain

Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut. 

3 Dia menerima tanggung jawab

Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri. 

4 Dia percaya pada diri sendiri

Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buadanya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.

5 Dia sabar

Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.

6 Dia mempunyai rasa humor

Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.

Sabtu, 08 Desember 2012

KECAKAPAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL MENYEMPURNAKAN KECERDASAN

KECAKAPAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL MENYEMPURNAKAN KECERDASAN

Sudut pandang dalam mengamati suatu masalah dapat dibagi ke dalam tiga analisis yang mendalam yaitu statistic view, dynamic view, dan strategic view. Statistic view dapat diartikan pandangan statistic dalam mengamati suatu masalah, sedangkan dynamic view adalah membangun ide kreatif untuk membahas ataupun memecahkan suatu masalah, dan strategic view merupakan kemampuan untuk mengubah persepsi orang lain.
Dari ketiga sudut pandang tersebut kita dapat mengamati kecerdasan yang dimiliki oleh manusia sebenarnya, dalam diri manusia terdapat 3 kecerdasan yaitu:

a. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Menurut kamus psikologi, intelligence artinya kemampuan berurusan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. Adapun intelligence Quottient (IQ) adalah secara klasik merupakan hasil bagi umur mental (mental age) dengan umur kronologis (chronogical age) yang kemudian dikalikan dengan angka 100.
Kecerdasan intelektual memiliki peran dalam mengidentifikai masalah, menganalisis, dan mensintesis objek, memberikan informasi tentang baik-buruk dan untung-rugi, dan sebagainya. Untuk mengambil keputusan atau tidak diambil keputusan, berani atau tidak ditentukan oleh kecerdasan emosi.

b. Kecerdasan Emosi (EQ)
Seorang pendidik harus memiliki kemampuan mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik dengan baik. Seorang pendidik yang memiliki manajemen diri yang baik biasanya memiliki kecerdasan emosi yang baik pula.
Kecerdasan emosi yang dimaksud adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya pada saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Goleman (1997: xiii) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, daya tahan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Stain and Book (2003: 30) mengemukakan bahwa EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, yaitu aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Salovey dalam Goleman (1997: 58-59) membagi kecerdasan emosi ke dalam lima wilayah utama atau bidang kompetensi, yaitu:
1. Mengenali Emosi Diri
Kemampuan untuk mengidentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami hubungan antara emosi, pikiran, dan tindakan.
2. Mengelola Emosi
Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti mengatur perasaan agar dapat terungkap dengan tepat.
3. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan untuk memotivasi diri yang dapat ditelusuri antaralain dengan sikap optimis dan berfikir positif.
4. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati).



5. Membina Hubungan
Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini selanjutnya akan membentuk suatu ketrampilan yang sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam bergaul.
Kaitannya dengan seorang pendidik khususnya sebagai bagian dari anggota masyarakat, maka seorang pendidik diharapkan juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta.
Emosi positif maupun negative memiliki peran dalam kehidupan, persoalannya adalah bagaimana mengelola emosi menjadi bermakna dalam kehidupan. Emosi positif dapat digambarkan seperti kasih sayang, gembira, bahagia, berani, berjuang, gigih, sukses, dan lain-lain, sedangkan emosi negatif, seperti sakit hati, benci, sedih, gagal, kecewa, takut, was-was, putus asa, dan lain-lain. Oleh karena itu, manajemen kecerdasan emosi yang baik dapat memperkuat dan memperkokoh kecerdasan intelektual.

b. Kecerdasan Spiritual
Menurut kamus psikologi kata “Spirit” dapat diartikan kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas, energi, moral, atau motivasi, sedangkan “Spiritual” artinya berkaitan dengan ruh, semangat atau jiwa, religius, yang berkaitandengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai transdental (Chaplin 2006: 480).
Zohar dan Marshal (2007: 4) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Tanda-tanda SQ yang telah berkembang baik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan bersifat fleksibel.
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkankerugian yang tidak perlu.
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal.
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya, untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikiolog, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan ruhaniah, kecerdasan hati, dan kecerdasan jiwa. SQ akan mengembalikan manusia kepada makhluk spiritual, yang merupakan fitrah kejadiannya. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya, manusia dapat saja berjalan menjauh dari fitrah tersebut karena disebabkan faktor-faktor eksternal, seperti cobaan, ujian, atau pengaruh lain. Kebahagiaan hakiki terletak pada pemenuhan yang bersifat spiritual tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan manusia yang bersifat spiritual dan kecenderungan untuk kembali kepada fitrah bersifat abadi dan kekal. Untuk mewujudkan hal ini, maka pendekatan melalui pendalaman dan pengalaman agama merupakan langkah yang tepat.
Seseorang yang tinggi SQ-nya juga cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawakanvisi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang laindan memberikan petunjuk pengguanaanya. Analogi dari pernyataan tersebut adalah seorang guru yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi pendidik yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggungjawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada peserta didiknya. Dengan kata lain, ia mampu memberikan inspirasi, membantu dan memberi motivasi untuk kesuksesan orang lain serta ia mampu memberikan yang terbaik kepada muridnya.
Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka kecerdasan spiritual dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk membangkitkan ruh, jiwa, semangat, atau vitalitas agar dapat melaksanakan sesuatu dengan sukses semata-mata bersandar dan tergantung kepada yang Maha Kuasa.
Kecerdasan intelektual yang tidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya, tampaknya hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan dirinya maupun umat manusia. Dengan tidak bermaksud mempertentangkan mana yang paling penting, apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, ada baiknya kita mengambil pilihan eklektik dari ketiga pilihan tersebut. Dengan meminjam filosofi klasik masyarakat Jawa Barat, yaitu cageur, bageur, bener tur pinter, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dengan kecerdasan intelektualnya (IQ) orang menjadi cageur dan pinter, dengan kecerdasan emosional (EQ) orang menjadi bageur, dan dengan kecerdasan spiritualnya (SQ) orang menjadi bener. Itulah agaknya pilihan yang bijak bagi kita sebagai pribadi maupun sebagai pendidik.
Sebagai pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang kita miliki, melalui upaya belajar (learning to do, learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement). Sebagai pendidik, dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning) (SQ), menyenangkan (Joyful Learning) (EQ) dan menantang atau problematis (problematical Learning) (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang cageur, bageur, bener, tur pinter.

Kecerdasan juga haruslah dilengkapi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Komunikasi adalah perpindahan informasi dari satu pihak kepada pihak lain melalui penggunaan simbol bersama. Pengirim pesan memulai proses ini dengan menyampaikan informasi kepada pihak penerima yakni orang yang dimaksudkan oleh pesan tersebut. Pengirim memiliki arti yang ingin disampaikan dan membentuk sandi dari arti tersebut ke dalam simbol, contohnya kata-kata yang dipilih untuk pesan tersebut. Kemudian pengirim memindahkan, atau mengirim pesan melalui beberapa saluran, seperti media lisan ataupun tertulis. Penerima pesan menguraikan sandi dari pesan dmn mencoba untuk menafsirkan arti pesan yang dikirimkan. Penerima mungkin akan memberikan umpan balik pada pengirim dengan membentuk kembali sandi sebagai jawaban dari pesan pengirim.
Komunikasi dibedakan menjadi komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah adalah suatu proses ketika informasi hanya mengalir dalam satu arah dari pengirim ke penerima, tanpa adanya umpan balik. Sedangkan komunikasi dua arah adalah suatu proses ketika informasi mengalir dalam dua arah, penerima memberikan umpan balik terhadap informasi yang diberikan kepada pemberi pesan. Komunikasi satu arah lebih sering dilakukan karena lebih cepat dan mudah dilakukan bagi pengirim pesan. Komunikasi dua arah lebih sulit dan lebih menyita waktu dibandingkan dengan komunikasi satu arah. Namun begitu, komunikasi dua arah lebih akurat, lebih sedikit memiliki kesalahan, dan lebih sedikit kasalah yang muncul.
Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi haruslah memiliki kecakapan verbal dan kecakapan nonverbal. Kecakapan verbal merupakan kemampuan seseorang untuk berbicara langsung kepada orang lain. Tanpa kecakapan ini seseorang akan lamban maju mengembangkan hidupnya, karena tidak memiliki kemampuan berbicara atau berkomunikasi tentang suatu masalah saat berinteraksi dengan orang lain. Kecakapan nonverbal merupakan kemampuan seseorang menyampaikan isyarat tentang suatu informasi kepada orang lain tanpa harus mengucapkan kata-kata. Pesan nonverbal dapat mendukung atau mengurangi maksud dari pesan. Sering kali, isyarat-isyarat nonverbal membuat pengaruh yang lebih dibandingkan dengan tanda-tanda lainnya. Dalam percakapan, kecuali ketika kita bermaksud untuk menyampaikan pesan negatif , kita harus memberi tanda nonverbal yang menyatakan keakraban, rasa hormat, peduli, rasa kebersamaan, dan keinginan untuk mendengar. Sedangkan untuk tanda-tanda nonverbal terhadap hal yang negatif ditunjukkan dengan sikap diam, tidak hormat, perhatian yang kurang, dan perasaan lebih superior.
Kecerdasan dan kemampuan berkomunikasi tidak dapat dipisahkan
Tanpa komunikasi yang baik kemampuan yang dimiliki orang cerdas tidak dapat tersampaikan dengan optimal dan bisa saja dapat menyebabkan kesalahpahaman persepsi. Kecakapan komuniksi verbal dan nonverbal pun harus selalu dikembangkan.


KESIMPULAN

Dengan sudut pandang statistic view, dynamic view, dan strategic view kita dapat melihat kecerdasan sebenarnya yang dimiliki seseorang. Kecerdasan manusia dibedakan menjadi tiga yaitu Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient), dan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Ketiga kecerdasan ini haruslah diimbangi dengan kecakapan komunikasi verbal dan komuniksi non verbal. Kecakapan verbal merupakan kemampuan seseorang untuk berbicara langsung kepada orang lain. Dan Kecakapan nonverbal merupakan kemampuan seseorang menyampaikan isyarat tentang suatu informasi kepada orang lain tanpa harus mengucapkan kata-kata.




Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.


8 tingkatan surga dan 7 tingkatan Neraka


Tingkatan syurga seperti yang disebutkan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan Tarmizi sebanyak seratus tingkatan. Namun di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak tujuh tingkatan iaitu Jannatul Firdaus, Jannatul Naim, Jannatul Makwa, Jannatul Adnan, Jannatul Khuldi, Darus Salam dan Daruj Jalal.
Dan     Penghuni Neraka seperti yang diterangkan dalam surah Al Baqarah 24 maksudnya: “Maka takutlah kamu kepada neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu-batu. Neraka itu disediakan bagi mereka yang kafir”.
Tingkatan Neraka antara lain; neraka Jahannam, Luza, Hathamah, Sair, Saqru, Jahim dan Hawiyah.
” Asyhadu ala ila ha ilallah Astaghfirullah Nas alluka ridhoka wal jannah ta wa naudzubika min sakhotika wannaar “
7 Tingkatan neraka
”Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah seperti orang yang mendapatkan kemurkaan dari Allah.” (QS. Âli Imran [3]:162).
1. Neraka jahanam, Jahannam
Adalah tingkat yang atas sekali. yaitu tempat mukminin,mukminat,muslimin dan muslimat yang melakukan dosa kecil maupun besar
“….Demi Neraka jahanam di datangkan untuk semua orang walaupun hanya lewat / mampir dalam 1 hari”
Firman Allah SWT:
Bahwasanya orang-orang kafir dan orang aniaya itu tidak akan diampuni
Allah, dan tidak pula ditunjuki jalan, melainkan jalan ke Neraka
Jahannam. Mereka kekal dalam neraka itu selama-lamanya. Yang
demikian itu mudah sekali bagi Allah.

(Q.S. An-Nisa
: 169)
2. Neraka ladhoh, Luza
Tingkat kedua yaitu tempat orang yang mendustakan agama
Firman Allah SWT :
Sebab itu Kami beri kabar pertakut kamu dengan Neraka Luza (neraka
yang menyala-nyala). Tiada yang masuk kedalamnya selain orang yang
celaka. Yaitu orang yang mendustakan agama dan berpaling dari
pada-Nya.

(Q.S. Al-Lail : 14-16)
3. Neraka Khutamah, Hathamah
Inilah neraka tingkat ketiga. yaitu yaitu tempat orang yang hanya lalai memikirkan dunianya tanpa mengerjakan kebutuhan/kepentingan untuk ibadahnya.
Harta yang membuat orang durhaka.
Firman Allah SWT :
“……….Tahukah engkau apakah Hathamah itu? Yaitu api neraka yang
menyala-nyala yang membakar hati manusia. Api yang ditutupkan kepada
mereka. Sedangkan mereka itu diikatkan pada tiang yang panjang.

(Q.S. Al-Humazah : 4-9)
4. Neraka sair , Sair
Tingkat ke-empat yaitu  yaitu tempat orang yang tidak mau mengeluarkan zakat atau bagi mereka yang mengeluarkan tapi tidak pada porsinya dan Dalam neraka ini ditempatkan orang yang memakan harta anak yatim. Didalam neraka ini mereka buta, pekak, dan kulitnya tebal seperti Jabal uhud.
Firman Allah SWT :
Bahwasanya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan
aniaya, sesungguhnya mereka memakan api sepenuh perutnya. Dan nanti
mereka akan dimasukkan kedalam neraka Sair.

(Q.S. An-Nisa
: 10)
5. Neraka Sahkhor, Saqru
yaitu tempat orang yang tidak melaksanakan salat tempat orang yang berbohong tentang keberadaan Allah, menyembah selain Allah atau menyembah zat yang keluar dari sifat Allah dan Al quran,.
dalam kitab safina : “….orang yang tidak melaksanakan solat dihukumi sebagai hewan yang tidak ada harganya/ tidak ada manfaatnya “
Didalam surga mereka saling bertanya dari hal orang berdosa. Apakah
sebabnya kamu masuk neraka Saqru?
Karena kami tidak sholat, kami
tidak memberi makan orang miskin, kami percaya pada yang
bukan-bukan. Kami mendustakan hari kiamat.

(Q.S. Al-Mudatsir : 40-46)
6. Neraka jahim , Jahim
Tingkat ke-enam yaitu ditempatkan orang kafir, orang yang mendustakan agama, yaitu orang-orang Islam yang berdosa. Mereka yang berbuat apa yang dilarang Tuhan. Umpamanya berzina, meminum khamar, dan membunuh tanpa hak.
Firman Allah SWT :
Dan orang-orang yang kafir dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami, mereka itilah penghuni neraka Jahim.

(Q.S. Al-Maidah : 86)
7.  Neraka Hawiyah, Hawiyah.
Inilah neraka yang berada dibawah sekali.neraka yang paling keras, yaitu tempat orang yang ketika matinya tidak membawa iman dan islam, apinya hitam dan sudah dibakar 1000tahun lamanya, Alas atau kerak-kerak neraka. Disinilah tempat orang-orang yang berdoa berat. Mereka yang menjadi musuh nabi-nabi, seperti Firaun.
Firman Allah SWT :
Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka dia dilemparkan ke
neraka hawiyah. Tahukah engkau apakah Neraka Hawiyah itu? Yaitu api
yang sangat panas.

(Q.S. Al-Qoriah : 8-11)
sahabat Abu Hurairoh “terdengar suara yang mengelegar lalu bertanyalah ke rosulullah dan rosulullah menjawab itu adalah suara batu yang jatuh dari neraka jahanam ke “teleng” sekitar dada jatuhnya 1000 tahun”.
Bersabda Nabi SAW : Adapun Neraka itu gelap gulita, tidak mempunyai
penerangan kecuali api yang menyala-nyala. Neraka itu mempunyai tujuh pintu
dan tiap-tiap pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu bukit, tiap-tiap bukit
mempunyai tujuh puluh ribu cabangnya, tiap-tiap cabang itu terdiri atas
bagian-bagian yang lebih kecil. Dan tiap-tiap bagian yang lebih kecil itu terdiri
atas tujuh puluh ribu dusunnya. Dan tiap-tiap dusun itu tujuh puluh ribu
rumahnya dan api yang menyala-nyala. Tiap-tiap rumah itu tujuh puluh ribu ular
dan kalajen
” Asyhadu ala ila ha ilallah Astaghfirullah Nas alluka ridhoka wal jannah ta wa naudzubika min sakhotika wannaar “
Tingkatan Surga
Surga memiliki tingkatan-tingkatan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
”(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. 3:163)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia.” (QS. 8:4)
Tingkatan surga tertinggi adalah surga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu “Al Wasilah” sebagaimana dalam hadits riwayat imam Muslim dari Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila kalian mendengar muadzin (sedang adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah untukku Al-Wasilah, Karena ia merupakan kedudukan di surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba saja dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap orang itu adalah aku. Barangsiapa yang meminta untukku al-Wasilah maka dia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim).
Surga (Al-Jannah) adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan segala macam kenikmatan dan kesenangan.
Allah Swt. menjadikan tempat ini bagi hamba-Nya yang takwa. Antara lain diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 82 sbb :
"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, menjadi penghuni surga. Kekallah mereka didalamnya."

Gambaran tentang Surga di dalam Al-Qur'an antara lain sebagai berikut : surga seluas langit dan Bumi (Al-Hadid:21), di dalamnya terdapat pohon-pohon dan buah-buahan (Ar-Rahman:54,68, dan Al Waqi'ah :28,29,32-33), terdapat istana-istana dan mengalir sungai-sungai dibawahnya (Al-Furqan:10), tahta-tahta kebesaran dan ranjang-ranjang emas/permata (Ash Safaat:44 dan Al Waqi'ah : 15), serta ditemani bidadari-bidadari (Ar-Rahman : 72 dan Ad Dukhan : 54)



Nama Surga dan calon-calon penghuninya sbb :

1. Surga Firdaus (Jannatul Firdaus)
Dijadikan dari emas yang merah.
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istr-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang mewarisi. Yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal didalamnya”.TQS. al-Mukminun: 1-11
Dalam Al-Mukminun :1-11, dijelaskan bahwa surga ini untuk orang-orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya.

2. Surga 'Adn (Jannatul 'Adn)
Diciptakan dari intan putih.
Penghuninya yaitu orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl :30-31), benar-benar beriman dan beramal saleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir:32-33), sabar, menginfakkan hartanya, dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar Ra'ad :22-23).

3. Surga Naim (Jannatun Na'iim)
Dijadikan dari perak putih.
Diperuntukkan bagi orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal saleh (Al Qalam : 34, Luqman : 8, Yunus : 9, dan Al-Haj : 56).
4. Surga Ma'wa (Jannatul Ma'wa)
Diciptakan dari jamrud hijau.
Adalah tempat orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm:15), beramal saleh (As Sajdah : 19) serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsunya (An Naziat : 40-41).

5. Surga Darussalam (Darus Salaam)
Diciptakan dari Yakut merah.
Penghuninya yaitu orang-orang yang kuat iman dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah, serta beramal Saleh (Al An'am : 27).

6. Surga Darul Muqamah (Darul Jalal)
Diciptakan dari mutiara putih.
Dihuni oleh orang-orang yang kuat iman Islamnya, banyak berbuat kebajikan, dan jarang berbuat kesalahan.

7. Surga Al-Maqamul Amin (Darul Qarar)
Diciptakan dari permata putih.
Kediaman orang-orang yang bertakwa (Ad dukhan : 51).

8. Surga Khuldi (Jannatul Khuldi)
Diciptakan dari marjan merah dan kuning.

Dihuni oleh orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya (Al Furqaan :15).

Jarak antara tingkatan surga yang satu dengan yang lainnya diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Said Al-Khudri : "Surga itu terdiri dari seratus tingkat. Antara tingkat yang satu dengan yang lainnya berjarak seperti antara Bumi dan langit. Dan tingkatan tertinggi adalah surga Firdaus.".
"Barang siapa memberi nafkah isterinya di jalan Allah, maka akan dipanggil dari pintu surga, 'Wahai Hamba Allah! Ini adalah pintu kebaikan.' Barangsiapa termasuk ahli salat, maka akan dipanggil dari pintu al-Shalah. Barangsiapa termasuk ahli jihad, maka akan dipanggil dari pintu al-Jihad. Barangsiapa termasuk ahli puasa, maka akan dipanggil dari pintu al-Rayyan. Dan barangsiapa termasuk ahli sedekah, maka akan dipanggil dari pintu al-Shadaqah. Abu Bakar lantas berkata, 'Demi engkau dan ibuku (ummul mukminin), ya, Rasulullah! Apakah seseorang harus dipanggil dari pintu-pintu itu, dan adakah seseorang yang dipanggil dari pintu-pintu itu seluruhnya?' Rasulullah menjawab, 'Iya. Dan aku berharap semoga engkau termasuk dari mereka."
(HR. al-Bukhari)

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a., surga memiliki 8 pitu dari emas yang ditaburi mutiara. Pintu-pintu tersebut adalah :
1. Pintu untuk para Nabi, Rasul, syuhada, dan dermawan.
2. Pintu bagi orang-orang yang mendirikan sholat dengan menyempurnakan syarar rukunnya dan wudhunya.
3. Pintu buat orang-orang yang mengeluarkan zakat dengan kebersihan jiwa.
4. Pintu untuk orang-orang yang memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran.
5. Pintu orang-orang yang mencegah hawa nafsu dan kesyahwatan.
6. Pintu buat orang-orang yang menunaikan ibadah Haji dan umrah.
7. Pintu bagi para ahli Jihad (berjuang menegakkan agama Allah)
8. Pintu bagi orang-orang yang bertakwa, berbakti kepada orangtua, dan menyambung tali persaudaraan.