Para ahli
psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan
berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang
menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti
tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana
cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan,
bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya
tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat
berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?
Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan
intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak
dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian
dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya
sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian
intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi.
Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas
cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta
mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.
Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan.
Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan.
Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana
kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandanng kesulitan-kesulitannya
bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan.
Apa sih kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus
Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi "ke"
melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan pernah sampai pada
kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu. Pergerakan maju ini
uniq bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang
statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan "menjadi" atau state of
becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang
eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami
dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan
bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh
seratus persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa.
Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang.
Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam dirinya sendiri,
dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang yang dewasa/matang adalah:
1 Dia menerima dirinya sendiri
Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang
mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia
mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian
ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan
kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif,
dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai
sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal
dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih
baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha
mengembangkan dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang
dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal
ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.
2 Dia mengharagai orang lain
Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan
orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai
perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya
sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena
jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian
mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran
yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita
menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau
memanipulasi orang lain tersebut.
3 Dia menerima tanggung jawab
Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib
buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh
orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima
tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada.
Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung
jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan
apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik
pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda
ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan
dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.
4 Dia percaya pada diri sendiri
Seseorang yang matang menyambut dengan baik
partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan
eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam
dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh
perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran
bahwa anak buadanya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang
tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi
perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi
bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu
perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.
5 Dia sabar
Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima
kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan
pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama.
Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum
memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi
juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana
penyelesaian.
6 Dia mempunyai rasa humor
Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu
sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang
lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak
bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang
memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda
menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor
sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar