Minggu, 13 Januari 2013

Dewasa Dalam Berpikir


Sudah bukan rahasia lagi bahwa kedewasaan merupakan salah satu hal pokok yang harus diupayakan oleh setiap manusia. Dan hal ini bukan berarti merupakan suatu kebanggaan melainkan merupakan suatu kewajiban moral yang harus dilakoni dan diberdayakan. Ukuran kedewasaan sendiri begitu bervariasi, namun dalam tulisan ini hanya akan memfokuskan pada ukuran kedewasaan ditinjau dari perspektif karakter. Dalam arti kata bagaimana seseorang dikatakan dewasa apabila dirinya mau dengan sungguh-sungguh menjadi bertanggung jawab untuk hanya menjadi dirinya. Mengapa dipilihnya pembedahan menggunakan perspektif karakter karena menurut hemat penulis bahwa hal ini sangat berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mampu menjadi dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir, maksudnya adalah bagaimana seseorang menggunakan akal budinya untuk menimbang dan memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ketika melakoni hidupnya. Lebih spesifik lagi bahwa dewasa dalam berpikir merupakan buah dari kesadaran diri atas eksistensinya dirinya dalam dunia ini, dan hal ini merupakan salah syarat mutlak menjadi lebih mandiri dalam menyesuaikan dirinya dengan berbagai tantangan, memberdayakan kapasitas bawaannya untuk bertanggung jawab sepenuhnya menjadi diri sendiri, dan tidak sebagai seorang opurtunis yang hanya gemar menuai tapi tidak suka menanam. Oleh karena, agar menjadi lebih jelas dari makna menjadi dewasa dalam berpikir dipaparkan arti serta konkritnya dari dewasa dalam berpikir.
Dewasa dalam berpikir akan ditandai dengan kesadaran untuk berpikir nalar serta berpikir positif dalam rangka membangun sikap positif. Lanjut bahwa seorang yang dewasa dalam berpikir akan mampu menempatkan fungsi akal budinya bukan hanya sebagai panduan untuk mencapai visi dan tujuan hidupnya melainkan juga mampu menopang usahanya dalam proses yang kontinyu untuk menjadi dirinya seutuhnya atau dalam ungkapan Steven Covey sebagai pribadi yang proaktif. Dalam arti kata menjadi pengendali atas hidupnya, dan bukan menjadi pecundang yang hanya menghabiskan hidupnya dalam kekalahan dan meratapi hidup melainkan menggunakan kapasitas bawaannya (kecerdasan spiritual, emosi, intelegensi dan fisik) tersebut untuk meraih kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.
Kemenangan yang dimaksud adalah bagaimana sikap seseorang untuk tetap berjuang (learning) menjadikan dirinya pengontrol atas keseluruhan tingkah laku sehingga tidak terseret dalam pelecehan fitrahnya sedangkan kekalahan adalah kebalikannya. Ditujukan untuk memperjelas, orang yang mengalami kedewasaan dalam berpikir tidak berarti akan selalu menang melainkan menggunakan akal budinya untuk tetap tenang dan belajar dari pengalaman tersebut dan melangkah maju lagi. dengan demikian, makna menjadi dewasa dalam berpikir merupakan esensi dari belajar menjadi (learning to be), dan dalam tataran praktisnya akan terpantulkan dalam kemandirian diri seseorang.
Selain itu juga, dengan berupaya menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir akan sangat membantu membentengi diri dari kesalahpahaman mengelola dirinya termasuk juga pengelolaan waktu. Penjelasannya yaitu bagaimana seseorang memposisikan akal budinya sebagai fidele ala mor dalam menunjang kesuksesannya untuk mengoptimalkan kecerdasan, kehendak bebas serta hati nurani menjadi lebih tajam. Atau dengan kata lain yaitu lebih bertanggung jawab dalam menjaga citra dirinya sehingga pantulan fitrah sejatinya tidak ternodai oleh berbagai jebakan cermnan diri banyangan yang menyesatkan.
Terdapat beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dewasa dalam berpikir, diantaranya yang penulis kutip dari bukunya Semuel Lusi yang berjudul the real you is the real success adalah belajar atau berjuang membangun keyakinan positif yang akan terwujdukan dalam kebiasaan berpikir positif sehingga mampu membentuk peta internal atau paradigma atau mata pikiran. Selain itu juga dapat diberdakan melalui aktivitas meditasi serta membaca buku-buku motivasi, sharing, dan lain-lainnya. Akhir kata, selamat menjadi pribadi yang dewasa dalam berpikir atau meminjam ungkapannya Ariantje Lado Hado sebagai pribadi yang tahu diri, sadar diri dan kenal diri, atau menurut Semuel Lusi sebagai pribadi yang sadar dan mampu memberdayakan fitrah sejatinya dalam melakoni hidup untuk berkontribusi, berkontribusi dan berkontribusi.

TANDA TANDA KEDEWASAAN

Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?

Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi. Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.

Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandanng kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan.

Apa sih kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi "ke" melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu. Pergerakan maju ini uniq bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan "menjadi" atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang yang dewasa/matang adalah:

1 Dia menerima dirinya sendiri

Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.

2 Dia mengharagai orang lain

Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut. 

3 Dia menerima tanggung jawab

Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri. 

4 Dia percaya pada diri sendiri

Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buadanya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.

5 Dia sabar

Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.

6 Dia mempunyai rasa humor

Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.